kosong

berfikir untuk hidup yang lebih baik , dan beriman untuk tuhan yang benar

APAKAH SURAH AL-IKLHAS (QS. 112) ITU SEBUAH DOKTRIN?

Posted by kosongan pada | 28 |Desember| 2008 |

sumber : http://suakahati.wordpress.com/2008/12/26/apakah-surah-al-iklhas-qs-112-itu-sebuah-doktrin

Seandainya kita hidup di jaman para nabi, tentu kita tahu dengan pasti keaslian dan kejujuran dari ajaran agama yang diajarkan. Sedangkan kita sekarang hidup ribuan tahun setelah para utusan Tuhan itu tiada. Banyak tanggapan dari para pemeluk agama tentang agamanya yang dianut. Ada yang menerima begitu saja (iman buta), ada yang mempelajarinya dengan serius baru mengimaninya atau malah tidak mengimaninya, Ada yang menemukan kebenaran dalam agama lain dan mengimaninya,  bahkan ada yang tidak menerimanya sama sekali dan lebih memilih jalan hidup sendiri.

Bagi kita-kita yang lagi mencari kebenaran dari suatu agama lewat kitab sucinya pasti timbul banyak pertanyaan. Pertanyaan itu diantaranya yaitu: “apakah ayat-ayat dalam kitab suci setiap agama itu hanya sebuah doktrin?”. Untuk menjawab ini memang diperlukan sebuah studi khusus tentunya. Kita bisa lewat jalur sejarah atau melihat periwayatannya atau dengan melihat kandungan isi dari sebuah kitab suci. Kalau dari sejarah memang sudah otentik kita bisa ke langkah berikutnya yaitu lewat kandungan kitab suci. Kita harus melihat apakah ayat-ayatnya sesuai dengan fitrah manusia (Humanisme), juga apakah sesuai dengan Ilmu pengetahuan. Kalau dari semua ini dapat dibuktikan kebenarannya berarti ayat-ayat itu bukan sekedar doktrin tetapi kenyataan. Doktrin bisa berasal dari kebenaran dan kesalahan. Doktrin akan dikatakan benar jika bisa di buktikan kebenarannya dan sebaliknya. Jika Doktrin berasal dari sumber yang salah maka itu doktrin sesat. Jika doktrin berasal dari suatu pembuktian yang benar berarti doktrin itu terbentuk secara alami, bukan dibuat-buat.

Banyak agama-agama di dunia ini yang memiliki doktrin dalam Agamanya. Dalam Kristen misalnya, ada doktrin tentang Dosa Waris, Penyaliban Yesus, dan Ketuhanan Yesus. Padalal jika diselami dengan sungguh-sungguh dalam kitab sucinya (Injil-Bible), doktrin itu tidak ada. Dalam agama lain mungkin juga ada doktrin seperti ini.

Dalam hal ini mari kita sedikit meletakkan landasan berfikir untuk menentukan apakah ayat-ayat dalam kitab suci itu doktrin atau tidak.Untuk hal ini akan diambil contoh ayat dalam Kitab suci Al-Quran yaitu Al- Ikhlas 112 :1-4

[112.1] Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa,

[112.2] Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.

[112.3] Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan,

[112.4] dan tidak ada seorang/sesuatu pun yang setara dengan Dia”.

Mungkin kita (terutama kalangan ragu-ragu) ketika membaca ayat diatas akan berfikir apakah ayat ini sekedar doktrin atau benar-benar ayat dari Allah.

Untuk mengetahui apakah ayat ini doktrin atau benar-benar dari Tuhan semesta alam (Allah) kita harus tahu dulu jati diri dari sang pembawa Ayat. Orang itu tentu saja Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad saat sebelum menjadi nabi mempunyai jati diri sebagai berikut : Jujur,  Dapat dipercaya,  Dapat menjaga amanah,   Buta huruf (tidak bisa baca tulis) dll.

Apakah yang terbersit di hati kita akan orang yang jujur, dapat dipercaya, dan dapat menjaga amanah?. Yang terbersit di hati kita adalah segala yang dia ucapkan adalah  benar. Orang yang jujur selama hidupnya ketika bicara A berarti memang A, bukan B atau C. Ketika orang sudah di stigmakan sebagai orang jujur maka yang diucapkan adalah kebenaran tanpa kita harus curiga lagi. Kalau orang sudah terkenal jujur maka ketika orang tersebut bicara tentang yang ghaib tidak akan disangsikan lagi kebenarannya.

Untuk mengetahui apakah Surah Al-Iklas 112 :1-4 sebuah doktrin atau tidak kita bisa melihat awal Nabi Muhammad menerima surat. Yaitu surat Al-Alaq : 1-5.

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,

2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah,

3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,

4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.

5. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Nabi Muhammad berusia 40 Tahun saat menerima ayat pertamanya ini. Nabi menjelaskan kronologis dari diterimanya ayat ini. Bahwa saat itu pada malam hari beliau di Gua Hira, sedang bersemadi istilahnya. Saat itu ada yang ghaib mendatangi beliau yang ternyata adalah Malaikat Jibril (Gabriel). Malam itu dikenal sebagai malam Lailatul Qadr. Saat itulah Malaikat Jibril memerintahkan Muhammad untuk mengucap “Iqra” yang berarti “baca!” atau “bawakan” atau “Ulangi” atau “latih” atau “nyatakan” dengan keras!. Nabi saat itu benar-benar takut dan tidak siap menghadapi kejutan itu. Dalam suasana takut bercampur ragu Muhammad berkata : ‘Maa-ana beqaa–Ri’in (Saya tidak dapat membaca!)”.

Malaikt Jibril mengulanginya untuk yang ke dua kali, tetapi Muhammad tetap pada jawabannya yang pertama. Kemudian Malaikat Jibril memeluk Muhammad dan memerintahkannya untuk yang ketiga kali : Bacalah ! Dengan (menyebut) Nama Tuhanmu, yang menciptakan ….

Akhirnya Muhammad Menghafalnya dan mengulang-ulangnya sampai dengan ayat yang berikutnya yaitu ayat ke 5. Setelah menyelesaikan tugas itu Muhammad berlari ke rumahnya yang jaraknya sekitar 3 mil sebelah selatan Makah menemui istri tercintanya Khadijah dan menceritakan apa yang barusan terjadi dan meminta sang istri untuk menyelimutinya.

Ketika Muhammad menceritakan kronologis asal muasal diterimanya ayat ini bagaimana kira-kira tanggapan masyarakat sekitar?. Semua sudah tahu bahwa Muhammad adalah seorang yang jujur dan tidak berbohong, jadi apa yang dikatakan adalah kejujuran. Jadi apa yang dialaminya juga suatu kejujuran darinya. Tetapi tetap saja di dunia ini ada orang yang suka dan tidak suka. Orang yang suka dengan Muhammad dan obyektif akan mengakui kebenaran kejujuran Muhammad, dan yang tidak suka bagaimanapun benarnya yang dikatakan Muhammad adalah suatu kebohongan.

Dari landasan berfikir ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

  1. Nabi Muhammad disuruh untuk membaca dan menghafal  saat menerima surah yang pertama. Jadi ayat-ayat Al-Quran yang diterima Nabi Muhammad adalah suatu pemberian dari Yang Maha Ghaib.
  2. Kejujuran Nabi Muhammad menegaskan bahwa Ayat-ayat Al-Quran bukanlah buatan beliau, tetapi wahyu dari Yang Maha Ghaib
  3. Ayat itu bukanlah doktrin karena bukan Buatan Muhammad, tetapi ayat itu adalah pemberitahuan tentang identitas Allah sebagai Tuhan Yang Maha Ghaib yang mana Allah sendiri yang memberitahukan lewat MalaikatNYA (Jibril).

Jadi sesuatu yang benar dan dapat dibuktikan kebenarannya dari sudut pandang logika dengan sendirinya dan dengan alaminya akan menjadi suatu doktrin. Doktrin yang bukan dipaksakan dan dibuat buat. Tentang surah Al-Ikhlas (112) yang bisa kita jadikan pembuktian bahwa ayat ini bukan doktrin tentu saja ayat pertama : [112.1] Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, sedangkan ayat yang lain sebatas mengikuti ayat pertama ini. Jika ayat pertama benar secara bukti maka ayat selanjutnya juga benar.

Surah Al-Ikhlas [112.1] Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa (Tunggal). Mengapa Tuhan itu satu (Tunggal)?. Atau bagaimana jika Tuhan itu banyak dan setara semuanya?. Untuk menjawabnya tentu kita semua tahu mengapa manusia hidup di bumi yang satu. Apakah bumi ini hasil buatan banyak Tuhan?. Ataukah bumi ini di buat satu Tuhan? Pemikiran yang logis akan mengatakan bahwa bumi ini dibuat oleh satu Tuhan.

Sekali lagi untuk menilai Tuhan kita harus menilai makhluknya terutama manusia. Manusia adalah makhluk yang membawa semua sifat Tuhan dalam batas hidupnya. Itulah mengapa saya mengatakan manusia itu “Tuhan Kecil”.

Alam semesta yang luas ini bisa terjaga keberadaannya sampai hari kiamat nanti tentu karena ada satu kekuatan yang paling dominan (Satu Tuhan). Kalau kita lihat manusia, manusia dengan sifatnya tentu susah untuk disatukan. Di dunia politik atau ekonomi pun meski ada lembaga demokrasi tetap saja tidak bisa bersatu. Di Gedung DPR atau di PERUSAHAAN meski semuanya bermusyawarah untuk mufakat tetap saja pada intinya mereka tidak bisa satu kata. Bahkan meski di undang-undangkan tetap saja akan ada yang tidak setuju. Bagi mereka yang setuju hanya sekadar mentaati hukum hasil musyawarah yang diundang-undangkan.

Kalau kita lihat sejarah masa lalu Banyak para pemimpin sejarah yang berlaku secara “Tirani”, entah Itu Hitler, Napolean, Iskandar yang Agung, Kubilai khan dll. Diantara mereka tentu ada kelebihan dan kekurangan masing-masing. Disini kita akan coba lihat sistemnya bukan orang-orangnya. Jika Tirani dijalankan dengan baik maka pemerintahan akan cenderung berjalan lebih terkoordinasi dengan baik. Karena terpusat pada satu pemimpin yang mana tidak menimbulkan kebingungan bagi bawahan dalam menerima perintah.

Begitu pula dengan Tuhan, Dunia dan alam ini tetap terjaga keadaannya, tetap di garis edarnya, tetap berotasi, tidak saling tubrukan antar planet selama jutaan tahaun sampai waktu yang ditentukan adalah karena ada satu kekuatan Ghaib yang tidak ingin diganggu. Tidakkah kita pernah berfikir mengapa Bumi tidak jatuh kebawah atau keatas?. Mengapa Bumi tidak tersedot Matahari dengan Gravitasi besarnya? Dll. Hal itu tentu karena adanya satu kekuatan dominan yang mengaturnya. Yaitu satu Tuhan.

By MAGE

sebagai wacana “Doctrine (Latin: doctrina) is a codification of beliefs or “a body of teachings” or “instructions”, taught principles or positions, as the body of teachings in a branch of knowledge or belief system. The Greek analogy is the etymology of catechism.

Tinggalkan komentar